Oleh *Edy Mulyadi, Wartawan Senior*
Annanews.co.id || Jakarta 3 Mei 2025 – Pembatalan pencopotan Letjen Kunto Arief Wibowo bikin geger. Tapi yang lebih menggegerkan: Prabowo dikabarkan marah besar. Dan itu wajar.
Panglima TNI Agus Subiyanto berani main mutasi tanpa restu Presiden. Lebih parah, dia masih nurut ke Jokowi. Ini penghinaan terbuka terhadap otoritas Prabowo sebagai Panglima Tertinggi.
Kunto bukan jenderal sembarangan. Dia juga putra Jenderal Try Sutrisno. Dia baru saja “mengomandoi” 300an purnawirawan jenderal, laksamana, marsekal dan 90an kolonel menyatakan pemakzulan Wapres Gibran. Try selama ini juga dikenal kritis terhadap Jokowi dan kroninya.
Setelah Forum Purnawirawan TNI-Polri bersuara keras soal Gibran, Kunto langsung “digusur”. Lalu posisinya digantikan eks ajudan Jokowi. Rakyat bukan bodoh. Semua bisa baca: ini politik balas dendam Jokowi kepada para purnawirawan TNI, khususnya Try Sutrisno.
Lebih mencurigakan lagi, posisi Kunto sempat akan digantikan oleh Laksda Hersan. Dia loyalis Jokowi. Hersan mantan ajudan Jokowi. Juga pernah jadi Sekretaris Militer.
Ini memperkuat dugaan bahwa Jokowi masih memainkan peran di balik layar. Dia masih cawe-cawe mengatur posisi strategis di militer. Semua itu dilakukan demi melindungi kepentingan politiknya.
*Titik Balik Buat Prabowo*
Dan Prabowo? Harusnya ini titik balik. Cukup sudah rasa hormat yang selama ini ditunjukkan ke Jokowi. Jokowi sudah melampaui batas. Cross the red line. Mengintervensi TNI pasca tak lagi jadi presiden itu dosa besar. Ia juga sekaligus bahaya laten bagi kedaulatan negara.
Prabowo harus bertindak. Jangan ragu copot Panglima TNI kalau terbukti lebih tunduk ke “Matahari di Solo” ketimbang Presiden RI. Lakukan bersih-bersih loyalis Jokowi dari tubuh TNI. Pastikan semua komando militer hanya patuh ke Presiden yang sah. Bukan ke mantan presiden yang belum move on dari kekuasaan.
Lebih dari itu, Prabowo harus mulai buka jalan untuk proses hukum terhadap semua dugaan pelanggaran Jokowi. Termasuk abuse of power, manipulasi pemilu, kriminalisasi oposisi, hingga memperalat aparat. Ini bukan soal politik semata. Ini soal siapa yang pegang kendali negeri.
TNI harus kembali ke relnya. TNI alat negara, bukan alat keluarga Jokowi. Sebagai Presiden harus jadi panglima sejati. Bukan sekadar bayang-bayang dari penguasa sebelumnya. (Red)