Annanews.co.id || Mandailing Natal – Keta mancetek. Begitulah kalimat ajakan yang sering terdengar saat ini di wilayah Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Bagi sebagian orang, kalimat ini masih terbilang baru dan mungkin menimbulkan tanda tanya, apa arti mancetek?
Awaluddin 47(thn) Warga Tambangan tonga jauh jauh datang ke kota nopan demi mengais rezky mengingat kebutuhan hari lebaran semakin dekat .
Awaluddin mengatakan “Saya datang ke lokasi tambang , Saya di kasih karpet , saya di kasih karangen(Krikil) , tak jarang juga saat sahur saya di ajak sahur bersama dengan tim penambang emas tersebut. Lantas kenapa banyak di media mengatakan para penambang itu Mafia ? Ujar awaluddin .
Saya hanya membawa badan saya yang lemah ini , kemudian saya di sambut baik oleh semua orang di lokasi tambang tersebut , Dimana lagi kata Mafia yang kalian sebutkan itu ? Tambah awalluddin .
Biasanya, warga yang bekerja sebagai pancetek, tidak terikat kerja dengan pardompeng atau penambang. Bisa hari ini ia muncul, besok tidak datang lagi. Penghasilan yang mereka dapatkan berbeda-beda. Mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp500 ribu per hari, tergantung rezeki juga.
Awalnya, mancetek ini dilakoni laki-laki. Namun, beberapa tahun belakangan perempuan, utamanya kaum ibu-ibu juga ikut mencetek.
Khususnya di Kotanopan, perempuan ikut mancetek mulai tiga tahun lalu. Saat itu, ada alat berat yang mengambil material galian C di Sungai Batang Gadis wilayah Desa Tombang Bustak. Puluhan ibu-ibu dan anak-anak pun meminta kepada operator alat berat agar material galian C itu di ambilkan untuk mereka. Sang operator pun berbaik hati, material galian C ini mereka dulang dan menghasilkan emas.
Setahun belakangan, seiring alat berat beroperasi mencari emas di wilayah Kotanopan, kata mancetek semakin populer. Selama alat berat beroperasi, ratusan warga Kotanopan ikut mencetek di sela-sela alat berat mengumpulkan material pasir dan batu.
Sesekali operator berbaik hati mengumpulkan material pasir dan batu untuk diberikan kepada tukang cetek. Begitu dikumpulkan, para tukang cetek pun berbagi material pasir dan batu dan kemudian didulang untuk mendapatkan emasnya.
Saat alat berat beroperasi, biasanya siang hari pencetek dilakoni ratusan kaum ibu. Sedangkan malam hari dilakoni kaum laki-laki. Hasil mancetek inilah yang mereka pergunakan untuk menambah biaya rumah tangga dan keperluan sekolah anaknya.
Tidak mengherankan, semakin hari tukang cetek ini semakin ramai. Apalagi belakangan ini, harga komoditas alam semakin murah, ditambah seringnya harimau muncul di areal sawah dan kebun warga, mancetek salah satu alternatif pekerjaan menurut mereka.
Para tukang cetek ini datang ke lokasi tambang dengan membawa terpal untuk tempat menampung material pasir dan tanah. Selain itu, mereka juga membawa dulang untuk membersihkan material pasir sehingga emasnya didapatkan. (Red)