Annanews.co.id || Kuansing, Riau
– Setelah sempat memanas dan menjadi perbincangan hangat di berbagai grup WhatsApp komunitas jurnalis dan aktivis di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), dua wartawan media online, Athia dan Sugianto, akhirnya memilih jalan damai. Keduanya dipertemukan langsung oleh Pimpinan Redaksi (Pimred) Riau99.net, Maadil, dalam suasana penuh kekeluargaan di sebuah warung kopi di kawasan Sinambek, Teluk Kuantan.
Perdebatan antara Athia dan Sugianto bermula dari perbincangan dalam grup WhatsApp “Gerakan Pejuang Revolusioner & Aktivis Anti Korupsi Negara Kesatuan Republik Indonesia”, yang belakangan berkembang menjadi adu argumen panas.
Dalam diskusi itu, keduanya saling berbalas komentar hingga muncul kata-kata yang dinilai tidak pantas oleh sebagian anggota grup. Situasi semakin tegang ketika Athia menilai pernyataan Sugianto telah melampaui batas etika dan menyentuh ranah pribadi.
Tidak tinggal diam, Athia kemudian menerbitkan berita klarifikasi di media online, menyatakan bahwa dirinya akan menempuh jalur hukum apabila Sugianto tidak segera memberikan penjelasan atau permintaan maaf secara terbuka.
Langkah Athia ini sontak menjadi perhatian kalangan jurnalis Kuansing, karena keduanya dikenal cukup aktif dalam kegiatan peliputan dan advokasi sosial di wilayah tersebut.
Mengetahui situasi yang berpotensi memperuncing hubungan antarsesama insan pers, Maadil, Pimred Riau99.net, segera mengambil inisiatif. Ia menghubungi keduanya secara pribadi dan memfasilitasi pertemuan untuk menjernihkan suasana.
Pertemuan itu akhirnya berlangsung pada Rabu sore (5/11/2025) di warung Mbak Katik, kawasan Sinambek, dalam nuansa santai namun penuh makna.
Dalam pertemuan tersebut, suasana yang awalnya canggung perlahan mencair. Baik Athia maupun Sugianto menyampaikan pandangan masing-masing dengan kepala dingin. Setelah melalui pembicaraan cukup panjang, keduanya sepakat untuk saling memaafkan dan melakukan introspeksi diri agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.
Sugianto mengakui bahwa dirinya khilaf dalam penyampaian kata-kata di grup WhatsApp, dan dengan lapang dada meminta maaf kepada Athia atas ucapan yang menyinggung. Ia juga menegaskan komitmennya untuk menjaga sikap dan etika dalam berkomunikasi, terutama di ruang publik yang melibatkan rekan-rekan seprofesi.
Sementara itu, Athia menyambut baik niat baik tersebut. Ia menilai bahwa setiap orang bisa saja terpancing emosi dalam perdebatan, namun penyelesaian dengan kepala dingin jauh lebih bijaksana. “Yang penting kita sudah saling memaafkan, dan semoga ini menjadi pembelajaran bagi kita semua,” ujar Athia sembari tersenyum.
Maadil selaku pihak yang memediasi pertemuan turut mengapresiasi sikap keduanya. Ia berharap insiden kecil ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi seluruh jurnalis agar lebih mengedepankan solidaritas, profesionalisme, dan etika komunikasi dalam menjalankan tugas jurnalistik.
“Saya sangat senang keduanya bisa berdamai. Pers itu harus bersatu, bukan saling menjatuhkan. Semoga ini jadi awal yang baik untuk memperkuat tali persaudaraan di kalangan jurnalis Kuansing,” ucap Maadil.
Pertemuan pun diakhiri dengan suasana penuh keakraban. Keduanya tampak tertawa bersama, menandai berakhirnya ketegangan yang sempat memanas di dunia maya.
Athia dan Sugianto sepakat menjadikan peristiwa ini sebagai pengalaman berharga untuk memperkuat silaturahmi dan menjaga marwah profesi wartawan di Kabupaten Kuantan Singingi.
Hingga berita ini ditulis, keduanya telah kembali beraktivitas seperti biasa di lapangan, menunjukkan bahwa perdamaian dan kebersamaan selalu menjadi jalan terbaik dalam menjaga harmoni di dunia jurnalistik. (Red)













