Mengenang 17 Tahun Kepergian Dr. Sjahrir

Annanews.co.id || Jakarta – Sebagai seorang ipar, Sjahrir yang saya kenal adalah orang yang tidak pernah menyukai kegaduhan. Ia lebih memilih ruang-ruang sunyi: membaca, berdiskusi, dan menulis. Tapi yang membuat saya kagum adalah justru dari ruang-ruang sunyi tersebut lahir pemikiran yang tegas dan jernih, terutama di saat kebijakan publik mulai kehilangan arah.

Andaikata masih hidup, Ciil -panggilan khusus kami kepadanya-akan berusia 80 tahun saat ini. Dan saya yakin, ia akan bahagia melihat bagaimana perhatian pemerintah terhadap kebutuhan dasar manusia seperti kesehatan, pendidikan, dan pangan terus ditingkatkan. Isu-isu ini sebetulnya telah menjadi fokus dalam disertasi doktoralnya di Harvard University tahun 1983 yang berjudul “The Basic Human Needs in Indonesia.” Dari semangat disertasi itulah, hari ini kami meluncurkan Yayasan Padi Kapas Indonesia yang juga bertepatan dengan 17 tahun kepergian beliau.

Satu hal yang selalu saya ingat dari ucapan Dr. Sjahrir, bahwa pertumbuhan ekonomi adalah alat, bukan tujuan. Tujuan sejatinya adalah kesejahteraan dan keadilan sosial. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah demi memenuhi kebutuhan dasar rakyat, adalah contoh konkret dari semangat itu. Pandangan ini sejatinya sejalan dengan nilai-nilai yang beliau perjuangkan, dan terinspirasi dari salah satu mentor beliau, Prof. Soemitro Djojohadikusumo, ayahanda Presiden Prabowo Subianto.

Gagasan-gagasannya tentang keadilan sosial dan pembangunan manusia menjadi kompas yang semakin relevan, terutama di tengah dinamika global yang tak menentu seperti sekarang. Bagi Dr. Sjahrir, pasar adalah instrumen penting, tapi negara tak boleh absen. Karena ia percaya, kemajuan ekonomi tak bisa dibangun di atas ketimpangan. Pendidikan dan kesehatan adalah syarat mutlak agar rakyat tidak sekadar hidup, tapi punya masa depan.

Sebagai Ketua Dewan Pembina, saya berharap Yayasan Padi Kapas Indonesia tumbuh sebagai rumah yang melestarikan warisan intelektual dan nurani sosial yang beliau titipkan. Dengan begitu, nama Dr. Sjahrir akan terus hidup bukan hanya dalam kenangan kami semua, tetapi dalam setiap kerja nyata demi mewujudkan Indonesia yang inklusif, berkeadilan, dan bermartabat. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca berita terkini di Annanews.co.id